Wednesday, April 1, 2015

ILMU ADALAH PEMIMPIN AMALAN




ILMU ADALAH PEMIMPIN AMALAN
“ILMU ADALAH PEMIMPIN AMAL DAN AMALAN ITU BERADA DI BELAKANG SETELAH ADANYA ILMU.” ( Al Amru bil Ma`ruf wan Nahyu ‘anil Mungkar, hal. 15)
Alhamdulillaah was shalaatu was salaamu ‘ala Rasuulillaah wa ‘ala aalihi wa shahbihi wa man tabi’ahum bi ihsaanin ilaa yaumiddiin.
 Mu`adz bin Jabal radhiyallaahu ‘anhu, mengatakan:
العِلْــمُ إِمَـامُ العَـمَلِ وَالعَـمَلُ تَابِعُـهُ
“Ilmu adalah pemimpin amal dan amalan itu berada di belakang setelah adanya ilmu.” (Al Amru bil Ma`ruf wan Nahyu ‘anil Mungkar, hal. 15)
BUKTI BAHWA ILMU LEBIH DIDAHULUKAN DARIPADA AMALAN
 Ulama hadits terkemuka, yakni Al Bukhari, berkata: “Al ‘Ilmu Qoblal Qouli Wal ‘Amali (Ilmu Sebelum Berkata dan Berbuat).”
 Perkataan ini merupakan kesimpulan yang beliau ambil dari firman Allah ta`ala:
فَاعْلَــمْ أَنَّـهُ لَا إِلَـهَ إِلَّا اللَّـهُ وَاسْـتَغْفِرْ لِذَنْبِـكَ
“MAKA ILMUILAH (KETAHUILAH)! Bahwasanya tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu” (QS. Muhammad/47: 19).
Dalam ayat ini, Allah memulai dengan "ILMUILAH” lalu, mengatakan “MOHONLAH AMPUN”.
 “ILMUILAH” yang dimaksudkan adalah PERINTAH UNTUK BERILMU TERLEBIH DAHULU, sedangkan “MOHONLAH AMPUN” adalah AMALAN.
 Ini pertanda bahwa ILMU HENDAKLAH LEBIH DAHULU SEBELUM AMAL PERBUATAN.
Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullaah, berdalil dengan ayat ini untuk menunjukkan KEUTAMAAN ILMU. Hal ini sebagaimana dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dalam “Al Hilyah” ketika menjelaskan biografi Sufyan dari jalur Ar Robi` bin Nafi` darinya, bahwa Sufyan membaca ayat ini, lalu mengatakan: “Tidakkah engkau mendengar bahwa Allah memulai ayat ini dengan mengatakan ‘ILMUILAH’, kemudian Allah memerintahkan UNTUK BERAMAL?” ( Fathul Bari, Ibnu Hajar, 1/108)
 Al Muhallab rahimahullaah, mengatakan: “Amalan yang bermanfaat adalah amalan yang terlebih dahulu DIDAHULUI DENGAN ILMU. Amalan yang di dalamnya tidak terdapat niat, ingin mengharap-harap ganjaran, dan merasa telah berbuat ikhlas, maka ini bukanlah amalan (karena tidak didahului dengan ilmu, pen). Sesungguhnya yang dilakukan hanyalah seperti amalannya orang gila yang pena diangkat dari dirinya.“ (📓 Syarh Al Bukhari libni Baththol, 1/144).
 Ibnul Munir rahimahullaah, berkata: “Yang dimaksudkan oleh Al Bukhari bahwa ilmu adalah SYARAT BENARNYA SUATU PERKATAAN. Suatu perkataan DAN PERBUATAN ITU TIDAK TERANGGAP KECUALI DENGAN ILMU TERLEBIH DAHULU. Oleh sebab itulah, ilmu didahulukan dari ucapan dan perbuatan, karena ilmu itu pelurus niat. Niat nantinya yang akan memperbaiki amalan.” ( Fathul Bari, 1/108)
KEUTAMAAN LUAR BIASA ILMU SYAR’I
Setelah kita mengetahui hal di atas,  hendaklah setiap orang lebih memusatkan perhatiannya untuk berilmu terlebih dahulu daripada beramal. Semoga dengan mengetahui faedah atau keutamaan ilmu syar’i berikut akan membuat kita lebih termotivasi dalam hal ini.
‪#‎Pertama‬: ALLAH AKAN MENINGGIKAN DERAJAT ORANG YANG BERILMU DI AKHIRAT DAN DI DUNIA
Di akhirat, Allah akan meninggikan derajat orang yang berilmu beberapa derajat berbanding lurus dengan amal dan dakwah yang mereka lakukan. Sedangkan di dunia, Allah meninggikan orang yang berilmu dari hamba-hamba yang lain sesuai dengan ilmu dan amalan yang dia lakukan.
Allah Ta`ala, berfirman:
يَرْفَـعِ اللَّـهُ الَّذِينَ آَمَنُـوا مِنْكُـمْ وَالَّذِينَ أُوتُـوا الْعِلْـمَ دَرَجَاتٍ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS Al Mujadalah: 11)
‪#‎Kedua‬: SEORANG YANG BERILMU ADALAH CAHAYA YANG BANYAK DIMANFAATKAN MANUSIA UNTUK URUSAN "AGAMA DAN DUNIA” MEREKA.
‪#‎Dalilnya‬: Satu hadits yang sangat terkenal bagi kita, kisah seorang laki-laki dari Bani Israil yang membunuh 99 nyawa.
 Kemudian dia ingin bertaubat dan dia bertanya siapakah di antara penduduk bumi yang paling berilmu?
Maka, ditunjukkan kepadanya seorang AHLI IBADAH. Kemudian dia bertanya kepada si ahli ibadah, apakah ada taubat untuknya?
Ahli ibadah menganggap bahwa dosanya sudah sangat besar sehingga dia mengatakan bahwa tidak ada pintu taubat bagi si pembunuh 99 nyawa.
Maka dibunuhlah ahli ibadah sehigga genap 100 orang yang telah dibunuh oleh laki-laki dari Bani Israil tersebut.
Akhirnya dia masih ingin bertaubat lagi, kemudian dia bertanya:
 “Siapakah orang yang paling berilmu?”
lalu ditunjukkan kepada seorang ulama. Dia bertanya kepada ulama tersebut: “Apakah masih ada pintu taubat untukku?”
Maka ulama tersebut mengatakan bahwa masih ada pintu taubat untuknya dan tidak ada satupun yang menghalangi dirinya untuk bertaubat. Kemudian ulama tersebut menunjukkan kepadanya agar berpindah ke sebuah negeri YANG PENDUDUKNYA MERUPAKAN ORANG-ORANG SHALIH.
Karena kampungnya merupakan kampung yang dia tinggal sekarang adalah kampung yang penuh kerusakan. Oleh karena itu, dia pun keluar meninggalkan kampung halamannya.
Di tengah jalan sebelum sampai ke negeri yang dituju, dia sudah dijemput kematian. (📓 HR. Bukhari dan Muslim).
 Kisah ini merupakan kisah yang sangat masyhur. Lihatlah perbedaan ahli ibadah dan ahli ilmu.
‪#‎Ketiga‬: ILMU ADALAH WARISAN PARA NABI
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, bersabda:
إِنَّ الأَنْبِيَـاءَ لَـمْ يُـوَرِّثُـوا دِينَـارًا وَلاَ دِرْهَمًـا إِنَّمَـا وَرَّثُـوا الْعِلْــمَ فَمَنْ أَخَذَ بِـهِ أَخَذَ بِحَـظٍّ وَافِرٍ
“Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan DINAR dan DIRHAM, MEREKA HANYALAH MEWARISKAN ILMU. Barangsiapa yang mengambilnya, maka dia telah memperoleh KEBERUNTUNGAN YANG BANYAK.” (📓 HR Abu Dawud № 3641 dan Tirmidzi № 2682. Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dho`if Sunan Abi Daud dan Shahih wa Dho`if Sunan Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini ‪#‎shahih‬).
‪#‎Keempat‬: ORANG YANG BERILMU, AKAN MENDAPATKAN SELURUH KEBAIKAN
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللَّـهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْـهُ فِى الدِّينِ
“Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan MEMAHAMKAN DIA TENTANG AGAMA.” (📓 HR. Bukhari dan Muslim).
 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, mengatakan: “Setiap orang yang Allah menghendaki kebaikan padanya pasti akan diberi kepahaman dalam masalah agama. Sedangkan orang yang tidak diberikan kepahaman dalam agama, tentu Allah tidak menginginkan kebaikan dan bagusnya agama pada dirinya.” ( Majmu` Al Fatawa, 28/80)
ILMU ADALAH YANG WAJIB DIPELAJARI LEBIH DAHULU
Ilmu yang wajib dipelajari bagi manusia adalah ilmu yang menuntut untuk diamalkan saat itu, adapun ketika amalan tersebut belum tertuntut untuk diamalkan maka belum wajib untuk dipelajari.
 Jadi,.. ILMU MENGENAI TAUHID, mengenai 2 KALIMAT SYAHADAT, MENGENAI KEIMANAN adalah ILMU YANG WAJIB DIPELAJARI ketika seseorang menjadi muslim, karena ilmu ini adalah dasar yang harus diketahui.
Kemudian ilmu mengenai shalat, hal-hal yang berkaitan dengan shalat, seperti bersuci dan lainnya, merupakan ilmu berikutnya yang harus dipelajari. Kemudian ilmu tentang hal-hal yang HALAL dan HARAM, ilmu tentang MUAMALAH, dan seterusnya.
Contohnya seseorang yang saat ini belum mampu berhaji, maka ilmu tentang haji belum wajib untuk ia pelajari saat ini. Akan tetapi ketika ia telah mampu berhaji, ia wajib mengetahui ilmu tentang haji dan segala sesuatu yang berkaitan dengan haji.
 Adapun ilmu tentang tauhid, tentang keimanan, adalah hal pertama yang harus dipelajari karena setiap amalan yang ia lakukan tentunya berkaitan dengan niat.
 Kalau niatnya dalam melakukan ibadah karena Allah maka itulah amalan yang benar. Adapun kalau niatnya karena selain Allah maka itu adalah AMALAN SYIRIK. Ini semua jika dilatar-belakangi dengan aqidah dan tauhid yang benar.
‪#‎Penutup‬:
Marilah kita awali SETIAP KEYAKINAN DAN AMALAN DENGAN ILMU, agar luruslah niat kita dan TIDAK TERJERUMUS DALAM IBADAH YANG TIDAK ADA TUNTUNAN (alias bid’ah).
 Ingatlah bahwa.., suatu amalan yang dibangun TANPA DASAR ILMU malah akan mendatangkan kerusakan dan bukan kebaikan‼
‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, mengatakan:
من عبد الله بغير علــم كان ما يفـسد أكـثر ممـا يصلـح
“Barangsiapa yang BERIBADAH KEPADA ALLAH TANPA ILMU, maka dia akan membuat BANYAK KERUSAKAN DARIPADA MENDATANGKAN KEBAIKAN.” ( Al Amru bil Ma’ruf wan Nahyu ‘anil Mungkar, hal. 15).
Di samping itu pula, setiap ilmu hendaklah DIAMALKAN AGAR TIDAK SEPERTI ORANG YAHUDI.
Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullaah, mengatakan:
مَنْ فَسَدَ مِنْ عُلَمَـائِنَا كَانَ فِيـهِ شَبَـهٌ مِنْ الْيَهُـودِ وَمَنْ فَسَدَ مِنْ عِبَادِنَا كَانَ فِيـهِ شَبَـهٌ مِنْ النَّـصَارَى
“ORANG BERILMU YANG RUSAK (karena tidak mengamalkan apa yang dia ilmui) MEMILIKI KESERUPAAN DENGAN ORANG YAHUDI. Sedangkan AHLI IBADAH YANG RUSAK (karena beribadah TANPA DASAR ILMU) memiliki KESERUPAAN DENGAN ORANG NASHRANI.” (Majmu` Al Fatawa, 16/567).
Semoga Allah senantiasa memberi kita taufik agar setiap amalan kita menjadi benar karena telah diawali dengan ilmu terdahulu, aamiin...
Semoga Allah memberikan kita ilmu yang bermanfaat, amal yang shalih yang diterima, dan rizki yang thoyib, aamiin....
Alhamdulilllaahilladzi bi ni’matihi tatimmush shaalihaat. Wa shallallaahu ‘ala nabiyyiina Muhammad wa ‘ala aalihi wa shahbihi wa sallam.

No comments:

Post a Comment